GuidePedia

"lu masih belum bisa move on aja len?" tanya Obe dengan nada mengejek
"gue suntuk be.. dengan ini semua" jawabku dengan muka memelas berharap ia mengerti ini bukan saatnya menggodaku
"come on... apa susahnya sih lupain dia? tinggal mikirin yang jelek-jeleknya dia, udah! beres..."
"emangnya move on lu kira semudah beli krupuk?!" toyorku kekepalanya
"lu aja yang bego!" bela Obe

aku berjalan menjauh, Obe memang sobatku yang paling usil, padahal ia dulu musuh bebuyutanku semasa SMP, kenapa bisa jadi sobat sekarang? hmmmm waktu memang perubah paling handal, yang dulunya baik bisa jahat, yang dulunya jahat bisa baik..

aku Lena, anak SMA biasa dengan muka manis paspasan, tapi tak kalah menonjol dengan sederet siswa-siswi di SMA Bumi ini, karna kebebelanku mungkin?
yaaa itulah permainan waktu, aku dulu yang kelas 1 nya lembek-lembek aja, kemudian menjadi brilliant student ditahun berikutnya! entah apa yang membuat aku move jadi siswi yang tulent (sebelumnya didominasi preman, jadi bukan siswi tulent haha) so, inilah aku dengan pamor baikku.

Tapi menjadi siswi yang kemudian pintar tak menjadikanku bak cinderella yang bisa dapet pangeran ganteng naik kuda putih, noh buktinya sekarang aku terpuruk mendrama di pojokan perpustakaan menjauhi gelak tawa Obe

Baru beberapa menit melamun, Obe sudah mendekatiku lagi dengan cengirannya yang siap meledak, aku mulai gemas dengan ke-keukeuhannya menterorku
"hahaha.. lu ngapain Len disini? nungguin Vion lewat??" mulutnya yang tengah mengunyah snack menyemburkan butir-butir remahnya ketika tertawa
"jorok lu! noh banjir liur lu!" sontakku sambil pura-pura mengelap muka
ia nampak cuek, kemudian merubah raut mukanya menjadi lebih serius
"gue ada temen yang mirip Vion, lu mau kenalan gak?" tawarnya
"kagak!"
"dia vokalis sama kek Vion loohh" rayunya
"hmmmm..." aku mulai penasaran
"gitaris..." pancingnya sambil mengulur-ulur nada
"jago ngedrum juga! gak kalah deh sama Vion..." terusnya
"hmm?" aku terpancing
"hebatnya lagi, idungnya mancung juga kek Vion!" Obe heboh bak sales jodoh, air mukaku mungkin udah berubah berbinar sekarang dan Obe terus gencar menawarkan produknya yang satu ini
"lu penasaran ga namanya??" mata Obe melotot saking tak sabarnya
"siapa? siapa?" riuhku antusias
"Vinos! klop kan?" endingnya dengan raut bangga
aku memicikkan mata sadar sedang dikibuli
"peres lu!" toyorku lagi kekepalanya
"buset dah. yaudah kalo gak percaya" jawabnya
aku tak bergeming, Obe sepertinya ga nyerah, ia menuliskan sederet angka diatas kertas yang ia sobek dari salah satu buku milik perpustakaan disampingnya
"nih kalo lu gak percaya, gue cuma pingin bantu temen" seraya menyerahkan kertas
aku menerimanya dengan sangsi

***

Sorenya di rumah,
aku memandang kertas pemberian Obe dengan ragu, Vion adalah cowok beda kelas yang aku taksir dari kelas 1 SMA, apa logis jika aku mengalihkan perasaan ini cuma karna ada cowok lain yang mirip denganya, 'tapi.... cuma kenalan apa salahnya?' fikirku

'sore..' mulaku disms maya itu
'sore juga' tak kusangka balasan datang dengan cepat
'boleh kenalan?' balasku singkat dan umum tanpa ambigu
'boleh, ini siapa?'
'aku Lena, temen Obe, kamu temen dia kan?' naifku
sms pun berlanjut dengan baik, Vinos komunikatif sedang aku cerewet, so tak ada kata sepi di sms kami.

cukup lama ini berlanjut, lebih dari satu minggu, bahkan diantara kami sudah jadi kebiasaan untuk saling memberi kabar, padahal kami adalah maya!
hingga satu bulan kemudian kami sepakat untuk meresmikan hubungan kami meskipun belum pernah bertemu, kenapa???
karna lagu tidur yang selalu ia nyanyikan untukku, karna suara merdunya yang perhatian, karna petikan gitarnya yang fasih, karna fahamnya ia dalam menanggapi cerita-ceritaku, karna pandainya ia menemani sepiku dengan lelucon-lelucon garingnya
dibandingkan perasaan perih letihku menunggu Vion, yang dekat tapi tak peka, tapi meskipun begitu, aku gak bisa "tak melihatnya", yap! Vion itu sungguh bercahaya dimataku, tawa cerianya, sikap cueknya, petikan gitarnya yang selalu ajaib dimataku, candanya yang kekanak-kanakan
artinya?
aku tetap mengejar nyata Vion ditemani suara Vinos di mayaku

***

beberapa hari setelah kalimat jadian dengan Vinos..

"lu apa kabar sama Vinos?" tanya Obe mengagetkanku dari belakang diistirahat itu
"standart" jawabku cuek
"udah ketemu belom?" ia mulai menggoda, kentara dari nadanya yang dinaik turunkan
"kepo lu" entah kenapa aku gak ingin menceritakan kisahku ke Obe, gimana aku bisa cerita... hal konyol banget bisa jadian dengan cowok yang bahkan muka aja gak pernah ketemu
"ah gak asik luuu" rewel Obe, aku mulai mengalihkan pembicaraan, Obe nampak lebih sumringah menggodaku dari pada biasanya
kuambil ponsel jadulku dari saku, ku sms Vinos
'Nos, nti sore aku kerumah temen, ketemuan yuk' ketikku to the point
'wah liat sikon nanti ya Len' jawabnya, dan aku mulai menciut *cling!* lalu hilang
"bha!!!" tepuk Obe dipundakku "lu ngelamun Len??"
aku gak berhasil menghilang, aku masih disamping Obe, menerima teriakkan-teriakkan histerisnya di telingaku, astagaaaaaaaaaaa >.<

***

sorenya,
'kamu dimana Nos? aku udah di rumah temenku nih', sms ku di jam yang udah dijanjiin, Vinos bak mengilang, sms gak dibales, telp gak diangkat, dan aku terdampar di PHPnya,
aku jadi sangsi, jangan-jangan sebenernya yang sms+telp an sama aku kemaren bukan Vinos asli??? jangan-jangan Obe??! aku bergidik,
haduuu mending kagak ketemu aja daaaahhhhhhhh
apa kata Obe coba kalo aku mudah dikibulin (kalo bayangan aku bener), aku kalut, ops udah bukan kalut lagi sekarang.... tapi kalap.

'sori Len, baru tau ada sms, oke bentar lagi aku meluncur' balas Vinos setelah berpuluh-puluh menit kemudian, jantungku berdetak lebih cepat, aku gugup......
bukan gugup karna grogi mau ketemu cowok khayalan, tapi ketakutan dikibulin Obe!
menit-menit berikutnya berjalan sangat cepat, akhirnya aku memutuskan buat keluar dari rumah temenku, aku gak mau hal aneh-aneh terjadi,
kalaupun iya, gak boleh ada yang tahu kecuali si pembuat onar doang

'Len, aku udah di depan warnet nih, kamu dimana?' sms Vinos yang masuk, aku yang sebenernya sudah ada dilokasi, tapi bersembunyi ini langsung celingak celinguk, mencari kira-kira dari sederet orang yang lagi ada dijalan raya ini mana yang kelihatnnya berbentuk Vinos, eit! berbentuk Vinos??? tapi aku kan gak tau rupa dia????
'Len...???' sms Vinos lagi, mungkin ia mulai kepanasan di sini, aku nekat gak membalas sebelum tahu siempunya sms itu dulu
diantara sederet orang-orang disekitar warnet tidak ada yang memiliki hidung mancung, aku mulai gerah 'haaaaaaassssh, kenapa tadi gak aku tanyain dulu dia pake baju apa yak' bathinku ngedumel sendiri
aku mulai tak antusias, aku menyerah, karna sederetan dari mereka hanya nampak orang biasa-biasa dengan kegiatan masing-masing
gak ada yang berupa seperti mencari seseorang kayak aku, akhirnya ku balas smsnya
'aku depan pohon seberang warnet agak timuran dikit Nos, kamu dimana?' sms ku kirim dan aku berjalan keluar dari persembunyian, ku tatap layar hp jadulku, kok gak ada balasan ya? jangan-jangan tadi dia ngumpet sama kayak aku niat buat pingin tau wajah dulu :D aku mulai cekikikan sendiri merasa gokil
"hai!" sebuah motor butut berhenti didepanku persis, cowok berhelm fullface menyapaku
kemudian ia melepas helmnya tanpa turun dari motor
aku diam menatapnya....

(kemudian iklan sosis sones)
(iklan obat nyamuk)
(iklan naruto sipuden sore ini pukul lima)
(iklan teh botol)
(iklan hothotpop rasa mangga)
(dan sederet iklan lainnya yang kemudian lanjut lagi sinetron yang terhenti tadi)

aku diam menatapnya.... hidung mancungnya jangan-jangan...
"hai, Vinos?" tanyaku ragu
"Lena?" pertanyaan balik yang artinya adalah jawaban YA dari pertanyaanku
"iyaa.." jawabku sambil tersenyum ramah memperlihatkan deretan gigi sehatku
"akhirnya ketemu juga, dari mana aja tadi? aku nungguin sampe kepanasan..." ceritanya
"aku tadi dianter temenku, jadi musti nungguin duluu..... abis gak bawa motor sendiri sih" belaku
"yaudah gapapa, aku udah seneng bisa ketemu kamu, trus kita mau kemana nih?" tanyanya ramah
"kemana yaa..."
"udah makan?"
"udaah..." jawabku
"makan lagi deh gapapa, ayo?" tawar Vinos
"egak ah, toh aku ga bisa lama-lama, udah sore gini... " tolakku halus
"hmmm yaudah yang penting kita ngobrolnya gak disini, gaenak diliatin orang dipinggir jalan" ajaknya, aku duduk dibelakangnya, diam khusyuk tanpa suara, aku menahan nafas dan menariknya hanya sesekali ketika membutuhkan
"eh eh Nos, disini aja deh, disitu tuh ada tempat duduk, kita kesitu aja" paksaku sesegera mungkin
Vinos menghentikan laju motornya ditempat yang kutunjuk, aku segera turun dari boncengannya dan mencari tempat yang lebih tepat, obrolan ringan di panasnya cuaca
"Nos, udah sore nih, aku pulang ya?" tanyaku hati-hati
"yah... baru juga 10menit, aku anter ya?"
"a-ah egak, jangan! ayahku galak looohhhh..."
"lah trus kamu mau naik apa??" tanyanya
"naik angkot" jawabku mantap
"yakin????"
"yep" yakinku


aku pun segera beranjak dan menghentikan angkot yang ternyata datang cepat diluar dugaanku, aku bernafas panjang.. sangaaaaaatttttttt panjang

***

Keesokan harinya di perpus sekolah
"Tumben lu nyariin gue Len?" Sapa Obe
"Norak lu!" Sentakku, Obe melongo tanda tak mengerti arah pembicaraanku, aku membalikkan badan dan berjalan menjauh
"Lu kenapa Len?" Kejar Obe
"Lu ngibulin gue sampe kayak gini?? Tega lu ama temen sendiri" ucapku dengan nada tinggi sambil terus berjalan menjauhinya
Sepertinya Obe sudah mulai ngeh dengan kemarahanku, ia berhenti mengejarku lalu ketawa terpingkal-pingkal dengan hebohnya, aku berbalik dan menatapnya tajam
sederet siswa yang lewat melihat Obe dan aku dengan tanda tanya
Obe gak berhenti meskipun tau aku bener-bener serius marah, ia mendekat dengan memegangi perutnya dan tawa yang belum habis
"Come on.. This is the joke!" Belanya sambil menepuk-nepuk bahuku
"Dunia lu emang gak ada yang namanya ngertiin temen, tai lu" ku tampik tangannya yang masih diatas bahuku
Obe mulai berhenti tertawa
"Trus lu mau apa? Marah sama gue? Balik ngejar Vion lagi? ngelamun dipojokan perpus sambil liat Vion godain adek kelas?? Lu yang basi Len! Lu dan idup lu yang menyedihkan itu monoton... kapan lu move on nya??? Wake up sobat, banyak orang lain yang peduli ama lu tanpa lu harus ngemis perhatian dari mereka"
Aku tercengang denger pembelaan Obe, ia gak pernah sekalipun bicara seserius ini, dengan kata-kata yang bener pula
"Gue peduli ama lu Len, makanya gue cari cara buat nyadarin lu.." lanjutnya
"Gue..." aku kehabisan kata-kata di depan Obe
"Lu gak usah ngomong apa apa, gue harap lu mau buka mata lu, jangan bikin idup lu lebih menyedihkan lagi dari ini" Obe mengelus rambutku,
"Lu udah kelas 3 SMA Len.. bentar lagi mau lulus, masih pingin bikin sejarah SMA lu gitu-gitu doang?" Obe masih terus berceramah, aku tersenyum tipis
"Gitu dong...." senyum Obe merekah
"Aw!!!!!!" Teriakku, Obe menjambak rambutku dengan cukup keras, lalu lari terbirit-birit sambil menjulurkan lidah, aku mengejarnya dengan emosi menahan sakit dikulit kepala, tapi.... dengan perasaan yang bebas

aku, Obe, dan SMA Bumi kembali sedia kala, bahkan nampak lebih indah dimataku, hidup cuma sekali, kenapa aku harus menatap satu jalan hanya dari satu segi saja? kalau masih banyak segi indah berfilosofi lainnya yang tak kalah seru! :)

Hanya Cerita Fiksi

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
 
Top